Langsung ke konten utama

Diksi Bersuara #4

𝐑𝐚𝐬𝐚𝐧𝐲𝐚 𝐭𝐚𝐤 𝐬𝐚𝐧𝐠𝐠𝐮𝐩 𝐣𝐢𝐤𝐚 𝐡𝐚𝐫𝐮𝐬 𝐦𝐞𝐦𝐛𝐚𝐜𝐚 𝐭𝐮𝐥𝐢𝐬𝐚𝐧-𝐭𝐮𝐥𝐢𝐬𝐚𝐧 𝐥𝐚𝐦𝐚, 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐭𝐢𝐚𝐩 𝐡𝐚𝐥𝐚𝐦𝐚𝐧𝐧𝐲𝐚 𝐦𝐞𝐧𝐠𝐢𝐧𝐠𝐚𝐭𝐤𝐚𝐧 𝐥𝐮𝐤𝐚, 𝐭𝐢𝐚𝐩 𝐤𝐚𝐥𝐢𝐦𝐚𝐭𝐧𝐲𝐚 𝐦𝐞𝐧𝐲𝐢𝐬𝐚𝐤𝐚𝐧 𝐚𝐢𝐫 𝐦𝐚𝐭𝐚. 𝐊𝐚𝐫𝐞𝐧𝐚 𝐝𝐢 𝐝𝐚𝐥𝐚𝐦𝐧𝐲𝐚, 𝐛𝐞𝐫𝐜𝐞𝐫𝐢𝐭𝐚 𝐭𝐞𝐧𝐭𝐚𝐧𝐠 𝐤𝐢𝐭𝐚 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐝𝐢𝐩𝐚𝐤𝐬𝐚 𝐛𝐞𝐫𝐩𝐢𝐬𝐚𝐡 𝐤𝐚𝐫𝐞𝐧𝐚 𝐬𝐮𝐝𝐚𝐡 𝐛𝐞𝐫𝐛𝐞𝐝𝐚 𝐫𝐚𝐬𝐚. 𝐃𝐚𝐧 𝐤𝐚𝐮, 𝐭𝐞𝐩𝐚𝐭𝐧𝐲𝐚.

 

hafidhohasna

Komentar

Boleh Singgah

“SISA NAFAS”

-Sudut Pandang Aku, Pemeran Utama Pelaku Utama- Suara ayunan yang berdecit semakin menambah suasana sendu di taman ini, satu-satunya ayunan yang berpenghuni diantara ayunan-ayunan yang lain. Taman yang sepi dan matahari yang sudah dipenghujung barat tak membuatku untuk beranjak dan pulang. Kilauan mataku yang berbinar sudah dari tadi meredup, tergantikan oleh cairan bening yang mengalir membasahi kedua pipiku. Suatu penyesalan yang muncul dalam benakku, sehingga membuatku terdiam melamun memikirkan suatu hal, hal yang bisa membuat orang yang ku kasihi tak menyayangiku lagi. “Aku merindukanmu, kak. Apa yang harus aku lakukan untuk membuatmu seperti dulu? Yang selalu ada untuk membuatku tertawa. Andai aku bisa mengatakan, pasti akan kukatakan dari dulu, tapi aku tak mau membuatmu cemas.” Lirihku disela kesenduanku. “Tiara!” Aku tersentak kaget ketika sebuah suara yang amat keras memanggil namaku dari belakang ayunan yang aku duduki, aku menoleh kaget ketika seorang pemuda sudah be...

Ramadhan, Lebaran, Juga Nastar yang Tak Sama.

“Halo?” Beberapa tahun belakangan, dua puluh hari pertama Ramadhan aku makan sahur ramai-ramai sama teman, Bay. Terus sepuluh hari berikutnya, sambil nonton ceramah da’i yang lagi ikut lomba di TV sama keluarga aku, makannya juga sambil ngantuk-ngantuk, soalnya kalau di rumah itu kasurnya punya daya tarik berkali-kali lipat dari tempat manapun. Habis sahur terus salat jamaah subuh diimamin Abah aku di musala rumah, terus aku sama adik pasti lanjut tidur sampai siang. “Kamu lagi apa, Bay? Udah buka puasa?” “Disini maghribnya kurang 13 menit lagi,” “Di Malang udah dari 10 menit yang lalu, ini aku lagi buka,” Yang jadi favorit saat buka puasa itu takjil bikinan Ibu aku, tiap hari ganti-ganti terus, kadang es degan ditambah susu, kadang es teler, es buah, kolak pisang, tapi yang paling favorit aku tetep es degan, sih. Soalnya degannya dari pohon samping rumah, yang manjat Abah aku, dulu di rumah ada dua pohon kelapa, sekarang cuma sisa satu. Puas banget balas dendam pas buk...

Ketika Jatuh Cinta, Namun Tak Lagi Untukku.

Di sebuah platform sosial mediaku, 2 hari lalu aku mendapat sebuah shoutout anonym , yang pertanyaannya kurang lebih begini, “Jika kamu menyayangi seseorang bahkan tidak bisa berhenti peduli padanya, sedangkan orang itu justru menyayangi 2 perempuan atau lebih dalam hidupnya, kamu akan apa di posisi itu?” Aku berpikir sejenak, menarik napasku berat sebelum menjawab shoutout tersebut, ingatankan berputar pada kisahku dua tahun ke belakang—hingga saat ini, karena saat ini pun aku juga berada dalam posisi serupa. Lucunya, dengan orang yang berbeda. Dua tahun lalu, aku memulai hubungan dengan salah satu partner kerjaku, proses pdkt kami tidak lama, namun aku lupa sejak kapan aku mulai benar-benar menyayanginya, karena yang aku tau, rasa itu hadir karena setiap harinya dia selalu berusaha untuk menumbuhkan rasa sayangku padanya, “ Aku bakal bikin kamu juga sayang sama aku, kek aku yang sayang kamu, ” ucapnya dari seberang telpon sana, iya, kami long distance relationship . Sebenarnya a...