Banyuwangi, 22
Desember 2017
Sub tema :
Merajut dan mengejar mimpi.
Allah
tahu, bahwa kita mampu
Assalamualaikum
wahai remaja muslimah, perkenalkan namaku Lintang Sakinaa, aku adalah salah
satu mahasiswi Fakultas Farmasi di salah satu universitas ternama Jawa Timur
yang baru saja semester satu. Sama dengan kalian, aku juga memiliki masalah
dihidupku, aku juga memiliki impian untuk masa depanku, dan aku memiliki
pengalaman di masa laluku.
Saat aku masih kelas tiga SMA, hm
baru kemarin ternyata.
Akupun tidak tahu,
sejak patah hati, aku tidak terlalu peduli lagi dengan cinta. Bagiku, cinta tak
lebih dari terbang dengan balon udara lalu disayat dengan cakar burung
pemangsa, kemudian jatuh dan terluka.
Aku pernah
merasakan kepedihan saat ditinggal seseorang dan dipaksa pergi oleh orang yang
kucintai. Awalnya aku tak menyangka jika cinta remaja rasanya akan separah ini,
karena kupikir, semuanya akan berakhir menyenangkan.
Lupakanlah
sejenak, aku tidak peduli sesering apa aku bersedih karenanya, karena mungkin
ini hanyalah perasaanku yang berharap terlalu berlebihan dengan perhatian
kecilnya, sehingga membuatku patah hati dengan perasaan yang aku buat sendiri.
Patah hati dan
bersedih berlarut-larut itu ternyata tidak baik, selain tidak baik untuk hati,
pikiran, kesehatan, itu juga tidak baik bagi kegiatan sehari-hari. Aku sudah
kelas dua belas dan sudah hampir di akhir semester lima, itu artinya beberapa
bulan lagi aku akan menjadi alumni siswa. Dan jika aku tetap terbawa oleh rasa
cinta remajaku ini, sekolahku yang tinggal sebentar ini akan berantakan, dan
aku tidak mau itu.
Sebenarnya,
jujur, aku merasa berbeda dengan pelajar kebanyakan, aku merasa aku tidak punya
apa-apa, iya, aku percaya bahwa Allah memberikan kelebihan pada setiap manusia
dengan istimewa. Tapi sungguh, aku tak menemukan kelebihan apapun pada diriku.
Aku menyukai banyak hal, tapi aku tak punya bakat untuk melakukannya.
Terkadang, aku iri pada teman-temanku sendiri.
Aku
hanya takut memulai, aku hanya takut gagal.
Aku ingin jadi
penulis, tapi aku tidak bisa menulis (I mean, aku tidak pandai merangkai kata)
dan tidak suka membaca, konyol, ya? Aku hanya suka berimajinasi. Aku pernah
mendengar, Allah tidak akan merubah nasib seseorang kecuali ia berusaha
merubahnya sendiri. Sama dengan, Allah tidak akan menjadikanku seorang penulis
jika aku tetap tidak suka menulis dan membaca. Seperti itu. Hanya saja, aku
suka tidak percaya diri dengan tulisan-tulisanku, aku merasa bahwa tulisanku
tidak layak baca.
Malam ini, aku
berjalan keluar rumah menuju alun-alun kota untuk sekadar membeli jagung bakar
dan menikmati langit malam di Sabtu ini, seorang diri. Aku duduk dibawah pohon
taman yang rindang dengan beberapa lampu kecil menghiasinya. Sekerling
kemudian, bola mataku menangkap seseorang yang amat kukenali. Aku melihat Awan,
cinta yang kumaksudkan itu, ia bersama seorang gadis cantik yang juga sedang
duduk tidak jauh dari tempatku, dan tampaknya aku juga mengenali gadis itu, dia
adik kelasku di sekolah. Sebenarnya aku sedih, aku ingin menangis, tapi tak
bisa. Aku memilih untuk pulang dan melupakan suatu hal yang aku lihat malam
ini.
Jam sudah
menunjukkan pukul 10 malam, namun langit masih sangat cerah seperti ba’da
isya’, kelap-kelip jutaan bintang yang terang menghiasi malam ini. Sebenarnya,
aku berharap hujan turun saja, tapi sepertinya tidak akan terjadi di cuaca yang
seperti ini. Aku suka hujan, hening, menenangkan. Tapi aku juga menyukai
bintang-bintang. Mungkin aku dan Awan seperti bintang dan hujan, jika salah
satu ada, satunya lagi tak akan ada. Maksudku, tak akan bisa bersama.
Aku menutup tirai
jendela kamarku dan segera berbaring diatas kasur. Kau tahu rasanya tidak
mengantuk, tidak ada kegiatan lain, dan kau memaksa untuk terlelap? Sulit
bukan. Aku hanya gelebukan sana-sini dan tidak bisa tidur.
“Dia cantik,
aku tidak. Dia punya segalanya, aku tidak,” Gerutuku. Aku menarik selimut
tebalku untuk menutupi seluruh badanku dan mencoba memejamkan mata. Namun
gagal.
“Jika aku hanya
begini-begini saja, tidak ada perubahan dan aku tak melakukan suatu hal untuk
menjadi lebih baik, aku akan tetap menjadi seorang gadis yang selalu bersedih
karena cinta dan kalah dalam segala hal,”
Setelah itu,
aku memilih untuk mengambil air wudlu dan sholat sunah dua rakaat sebelum
tidur, I have Allah and I will be fine. Semuanya dari Allah, dan akan
aku serahkan semuanya kepada Allah. Aku masih tujuh belas tahun, pendidikanku
masih panjang dan aku tak mungkin seperti ini, aku menguatkan dalam niatku dan
pikiranku, cinta manusia belum terlalu penting untuk kudapatkan saat ini.
Bismillah, Allah telah menyiapkan yang terbaik untukku jika aku menjadi lebih
baik.
Setelah sholat
sunah, aku kembali bersiap untuk tidur. Aku mematikan lampu kamarku, dan
terlihat remang-remang hiasan bintang-bintang di langit kamarku yang kuhias beberapa
waktu lalu untuk mempercantik tempatku ini. Saat itu, tiba-tiba aku teringat
oleh lirik lagu favorit masa kecilku dulu, seperti ini.
Jangan
bersedih dan putus asa
Slalu
ada jalan bila kau terus berdoa
Tabur
harapmu sebanyak bintang
Sebanyak
bintang-bintang di angkasa
Gapai
bintangmu gapai impian
Jangan
menyerah sebelum kau mencoba
Saatnya
tiba kau kan bahagia
Melihat
bintangmu bercahaya
Tunjuk
satu bintang dan raihlah
Jangan
kau berhenti dan menyerah
Saatnya
kan tiba bintangmu bersinar
Saat
impianmu jadi nyata
Aku harus
mewujudkan mimpiku menjadi seorang penulis. Akan aku tulis semua mimpi-mimpiku,
akan aku tulis semua kisahku, akan aku tulis semua agar dibaca oleh dunia. Ku
buang jauh-jauh rasa tak percaya diriku, yang ada hanya sebuah keyakinan.
Bahwa, aku pasti bisa. Ujian Nasional tinggal hitungan bulan lagi, aku harus
berhasil menjadi siswa lulusan dengan predikat baik dan nilai memuaskan seperti
di jenjang pendidikanku sebelumnya.
Allah
tahu, bahwa kita mampu.
Aku pernah
merasa sangat jatuh, disaat semua yang kulakukan dan kuperjuangkan mati-matian
itu gagal untuk kuraih. Tulisanku ditolak penerbit, revisi yang puluhan kali
kulakukan tak ada gunanya. Keyakinanku bahwa aku pasti bisa seperti memudar,
yang ada aku hanyalah perempuan yang payah, tak bisa apa-apa, dan tak berbakat.
Kesedihanku tak berhenti, hasil try out tiga kali yang kujalani menjelang UNBK
itu seperti sayatan belati, aku seperti orang yang percuma, belajarku seperti
hal yang sia-sia.
Mungkin inilah
yang namanya perjuangan, tidak mungkin aku berhasil tanpa kegagalan dulu, dan
ini adalah hambatan disaat perjalananku untuk mencapai puncak. Dalam roda
kehidupan tak selalu aku minta diatas, dalam kehidupan hanya ada dua pilihan,
menjadi kuat dan bertahan atau menjadi lemah lalu berantakan. Menulis lagi,
membaca lagi, belajar lagi, ibadah kuperbaiki, doa ku khusyukkan. Aku tak mau
menjadi yang gagal.
Bulan Mei
adalah bulannya anak kelas dua belas se-Indonesia. Dimana akan ada dua
pengumuman sekaligus yang akan menjadi jalan di masa depan kelak, yaitu
pengumuman penerimaan jalur SNMPTN dan dilanjutkan pengumuman hasil UNBK. Tak
pernah kusangka sebelumnya, yang kupikir hasil nilaiku pas-pasan, ternyata unexpected,
nilai rata-rataku 8,8. Semuanya dimulai dari rasa hampir putus asaku, lalu
Allah menguatkanku. Walau aku juga gagal dalam jalur SNMPTN, tapi jalur tes
tulis menjawab semua usahaku.
Hari ini, antara
sedih atau bahagia, resepsi perpisahan digelar mewah disekolahku, itu artinya
aku akan berpisah dengan semua orang disini, dan aku akan menjadi calon
mahasiswa. Ditengah resepsi, aku melihat ponselku yang bergetar, terdapat
sebuah e-mail masuk, air mataku hampir menetes, aku benar-benar bahagia,
pemberitahuan dari penerbit bahwa bukuku lolos revisi dan akan terbit di akhir
tahun nanti. Perjuanganku membuahkan hasil, kerja kerasku, usahaku, doaku,
Allah memang sebaik-baik perencana.
Tidak ada yang lebih abadi selain membumikan
pengalaman yang baik. Aku manusia dan aku pasti akan mati, tapi sebuah karya?
Akan selamanya ada. Aku mati tak meninggalkan apa-apa kecuali nama yang akan
terlupakan. Tapi dengan buku? Namaku akan selalu dikenang, karena aku
penulisnya.
“Lintang,” Aku
menoleh saat seseorang memanggilku, dia terlihat rapih dan tampan dengan jas
hitam yang ia kenakan. Dia menyodorkan sebuah mawar putih kepadaku, senyumnya
manis dan mengembang. Begitu membuatku salah tingkah. Karena sejak pertama aku
mengenalnya, aku begitu menyukai senyumnya dan matanya yang teduh, tak akan
pernah terlupakan.
Aku pernah
membaca sebuah kalimat, saat Zulaikha mengejar cinta Yusuf, maka menjauhlah
Yusuf darinya. Saat Zulaikha mengejar cinta Allah, Allah dekatkan Yusuf
kepadanya.
Sudah lebih
dari lima bulan kesibukanku sedikit mengurangi rasaku padanya, tapi bukan
berarti hilang. Saat ia mendekatiku lagi, mungkin rasaku akan kembali tumbuh.
Tapi niat dan tujuanku tetap sama. Maaf Awan, kau akan mendapatkan yang lebih
baik selain aku, jika memang kau jodohku, tunggulah aku suatu saat nanti, saat
aku menjadi lebih baik dari sekarang. Dan semoga kau juga lebih baik, aku masih
ingin mengejar profesiku menjadi seorang apoteker dan penulis. Dan bila jodohku
bukan kamu, aku berdoa semoga jodohku juga lebih baik dari kamu, karena mungkin
kau bukan Yusufku. Dear jodoh, I always try to be a good person, wait
for me.
I am
single, I am happy, because I trust that Allah will bring me someone who’ll
always bring me happiness. Buktinya?
Karena patah hati, aku menjadi kuat dan mimpiku menjadi kenyataan? Jika aku
bahagia lalu terlena? Allah memang sebaik-baik perencana. Wallahu’alam
semoga siapapun kalian diberi kesabaran untuk menuju kebaikan dan menjadi orang
yang lebih baik. Jangan pernah putus asa, berusahalah dengan keras sehingga kau
lupa arti dari menyerah. Jangan takut memulai, jangan takut gagal. Raih
bintangmu, dan buat ia bersinar. Lost of love, salam dariku, Lintang
Sakinaa, the next generation of Pharmacist.
Ini adalah tulisanku sekitar 2 tahun lalu, saat aku mengikuti sebuah lomba menulis yang diadakan salah satu organisasi di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
Aku hampir lupa jika pernah menulis ini, barusan aku membuka-buka ulang pesan terkirim di emailku dan aku menemukan tulisan ini. Aku ingin mempostingnya disini, karena aku tidak menang, wkwk.
- Hafudoh.
Komentar
Posting Komentar